PROPOSAL PENELITIAN
SKRIPSI
Judul : UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR TENTANG SEGITIGA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN GALLERY WALK DI KELAS VII MTs NU BANAT KUDUS TAHUN AJARAN 2013/2014
Nama : Miftahul Jannah
NIM : 123511051
Jurusan : Tadris Matematika
A.
Latar Balakang
Saat ini
banyak guru yang cenderung menggunakan
metode tradisional yaitu ceramah sehingga keaktifkan siswa kurang maksimal
dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman
siswa sehingga tujuan dan hasil yang dicapai masih belum sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Metode pembelajaran yang masih statis dan kaku, serta sikap mental pendidik
yang kurang mendukung proses pembelajaran yang tidak progresif ini perlu adanya
perubahan. Hal inilah yang terjadi di kelas
VII MTs NU Banat Kudus. Oleh sebab itu, diperlukan adanya metode
dan strategi pembelajaran baru untuk membuat peserta
didik menjadi lebih fokus sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan daya
ingatnya terhadap suatu materi.
Di MTs
NU Banat Kudus ini, khususnya pada pembelajaran
Matematika materi bangun datar tentang segitiga kelas
VII masih cenderung pasif, artinya dalam pembelajaran tersebut hanya guru yang
aktif menerangkan materi menggunakan metode ceramah sehingga terkesan monoton,
sedangkan peserta didik hanya diam dan mendengarkan karena peserta didik beranggapan
bahwa materi bangun datar tentang segitiga itu mudah dan sering didengar. Berdasarkan pengalaman, ketika kegiatan belajar berlangsung mereka
cenderung ada yang berbicara sendiri dengan temannya, bahkan ada yang tidur.
Hal ini menunjukan bahwa sedikit sekali perhatian dan keaktifan dari peserta
didik ketika melakukan kegiatan pembelajaran yang nantinya akan berakibat buruk
pada keberhasilan belajar peserta didik.
Siswa akan belajar secara aktif jika rancangan
pembelajaran yang disusun guru menuntut siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu
didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara
kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan
belajar siswa berarti menuntut kreatifitas dan kemampuan guru dalam merancang
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.[1]
Mengingat
dalam proses pembelajaran metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan
untuk mencapai tujuan pendidikan dan metode dipandang sebagai seni dalam
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa lebih signifikan dibandingkan dengan
materi itu sendiri, maka sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm
min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibandingkan materi.[2] Atas
dasar masalah tersebut penulis berusaha mengadakan penelitian pembelajaran
dengan mengunakan metode pembelajaran Gallery
Walk
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di dalam kelas
dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR TENTANG SEGITIGA MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK DI KELAS VII MTs NU BANAT KUDUS TAHUN AJARAN 2013/2014.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang perlu untuk
dikaji yaitu :
Apakah
melalui pendekatan metode Gallery Walk dapat
membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika bagi siswa di MTs
NU Banat Kudus kelas VII pada materi bangun datar tentang segitiga tahun
pelajaran 2013/2014?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai penulis adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
matematika bagi siswa kelas VII di MTs NU Banat Kudus pada materi bangun datar
tentang segitiga tahun pelajaran 2013/2014.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat:
1.
Bagi siswa, dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar melalui partisipatif siswa dalam
belajar khususnya penguasaan
kompetensi pada materi Matematika.
2.
Bagi guru, dapat
meningkatkan pengetahuan dan penguasaan keterampilan mengelola proses
belajar mengajar.
3.
Bagi sekolah, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan strategi pembelajaran
yang kreatif dan dinamis dalam upaya mencapai Standar Proses Pembelajaran.
4.
Bagi peneliti, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai pendukung pemikiran tentang penelitian
pendidikan untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran.
E.
Kajian
Pustaka
1.
Nur Mujahadah
(043811218) Jurusan Biologi IAIN Walisongo Semarang, 2009 dengan judul skripsi
“Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas XI MAN Kendal Materi Pokok
Sistem Indra”. Dijelaskan bahwa pe mbelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar dari pada pembelajaran dengan metode ceramah.
Penelitian tersebut merupakan penelitian
eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dan terbukti
meningkatkan hasil belajar. Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah pada pendekatan pembelajarannya yang sesuai dengan
teori pembelajaran ausuble. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan
juga ada unsur diskusi dan permainannya juga.
2.
Dewi Aminaturrokhiyah (093511010) Jurusan Tadris Matematika IAIN
Walisongo Semarang, 2012 dengan judul skripsi “Efektivitas Kombinasi Metode Inkuiri Terbimbing Dan Silih Tanya
Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Vii Smp Nu Pajomblangan
Pada Materi Segitiga Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian tersebut
telah dijelaskan bahwa pembelajaran dengan metode Gallery Walk membuat prestasi
siswa meningkat.
F.
Kerangka
Teoritik
1.
Belajar
a.
Pengertian
Belajar
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian belajar yaitu berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang
tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan
tingkah laku. Beberapa pengertian belajar antara lain
1)
Menurut
Robert M. Gagne
Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar
terus menerus, bukan hanya disebabkan proses pertumbuhan saja.[3]
2)
Menurut
Cronbach
“Learning is how by change in behavior as
result of experience” yang artinya belajar adalah suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3)
Menurut
Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate,
to try something themselves, to listen, to follow direction” yang artinya
belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri tentang sesuatu,
mendengarkan, mengikuti petunjuk.[4]
4)
Menurut
Ahli Psikolog
Belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotorik.
Secara kuantitatif (ditinjau dari
segi jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan
kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang
dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tujuan
kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional
yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan
proses belajar. Ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru
maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam
bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian belajar secara
kualitatif atau tinjauan mutu ialah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa,
belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi
siswa.[5]
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian aktivitas seperti membaca, mengamati, mendengar,
meniru dan lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
b.
Teori-Teori
Belajar
1)
Teori Ausubel
Teori
makna (meaning theory) dari ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan
pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan
pembelajaran akan membuat kegiatan belajar-mengajar lebih menarik, lebih
bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan
lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.[6]
Kebermaknaan
dalam pembelajaran matematika bisa diperoleh dari pengalaman langsung peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar.
2)
Teori Piaget
Menurut Jean Piaget, pengalaman-pengalaman fisik dan
manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.[7]
Interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu lebih
logis.
Jadi
pembelajaran matematika menurut teori Piaget dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang memusatkan perhatian pada berpikir/proses mental peserta
didik, yang tidak sekedar hasilnya, mengutamakan peran peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran matematika dan memaklumi perbedaan individu dalam
perkembangannya.
c.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pretasi Belajar
Dari sekian
banyak faktor yang memepengaruhi hasil belajar menurut Muhibbin Syah, dapat
digolongkan menjadi tiga macam yaitu:[8]
1)
Faktor Internal
Faktor-faktor di dalam individu
meliputi; kematangan, usia, kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya,
kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan
motivasi.
2)
Faktor Eksternal
Segala sesuatu di luar individu
yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar
dikelompokkan dalam faktor eksternal antara lain; panjangnya bahan pelajaran,
kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas
dan suasana lingkungan eksternal
3)
Faktor
Pendekatan Belajar (Approach to Learning)
Faktor ini
berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran. Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi
metode belajar yang dipakai oleh si pelajar.
Berdasarkan
uraian di atas menunjukan bahwa pemilihan model pembelajaran yang sesuai
memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Salah satunya kombinasi metode inkuiri terbimbing dan silih tanya yang menuntut
peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
2.
Keaktifan
Belajar
Keaktifan berasal dari kata dasar
aktif yang berarti giat melakukan sesuatu, baik dalam bekerja maupun berusaha.
Aktif juga berarti mampu beraksi dan bereaksi. Jika dikaitkan dengan
pembelajaran, maka aktif dapat berarti suatu sikap tanggap terhadap segala
sesuatu yang ada disekitarnya, memberi respon yang dapat berupa pertanyaan
ataupun pernyataan terhadap materi yang sedang diajarkan.
Unsur aktifitas untuk memacu
keaktifan siswa di kelas dapat diciptakan dengan memberi kesempatan pada siswa
untuk memberikan respon terhadap materi ajar dan memberi kesempatan pada siswa
untuk mengadakan inisiatifnya untuk mengungkapkan ide mereka. Dengan memberikan
kebebasan berpendapat kepada siswa, maka mereka akan merasa senang dan dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman mereka terhadap suatu pelajaran.
Selain itu cara lain untuk
mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman belajar
bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan
tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam
dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya.[9]
3.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar.[10]
Setiap keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai. Akibat dari belajar dapat diketahui dengan memperhatikan hasil
belajar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran
dalam mencapai tujuan pengajaran dapat diwujudkan dengan nilai.
Benyamin
S. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah
belajar, yaitu:[11]
1)
Ranah
kognitif (cognitive domain) yang
mencakup ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2)
Ranah
afektif (affective domain) yang
mencakup penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan
pola hidup.
3)
Ranah
psikomotorik (psychomotoric domain)
yang mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa, gerakan
kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
4.
Pengertian
Matematika
Matematika bukan merupakan suatu hal yang asing yang terdengar di telinga
kita, setiap saat pasti kita dihadapkan dengan yang namanya matematika.
Matematika merupakan ratunya ilmu, semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitungan.
Matematika berasal dari bahasa latin "mathematika" yang mulanya
diambil dari bahasa yunani "mathematike" yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama
yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal
katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.
Pengertian matematika menurut para ahli:[12]
1)
James and James (1976). Matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi
kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
2)
Johnson dan Rising (1972).
Matematika adalah pola fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
3)
Reys, dkk (1984). Matematika adalah
telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola fikir, suatu seni,
suatu bahasa dan suatu alat.
4)
Ruseffendi E. T (1988:23).
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil yang telah
dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering
disebut ilmu deduktif.
5)
Kline (1973). Matematika itu bukan
ilmu pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan ekonomi, sosial dan alam.
6)
Paling (1982) dalam Abdurrahman
(1999:252). Mengemukakan ide manusia tentang matematika berbeda-beda,
tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan
bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan bagi;
tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri dan
trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala
sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis.
Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks redaksi, namun secara substansi,
ketiga pendapat di atas bermuara pada satu pengertian tentang matematika yakni bahasa simbol yang terdefinisikan
secara sistematik, antara satu konsep dengan konsep yang lain saling berkaitan
dan pembuktian matematika dibangun dengan penalaran deduktif, tersusun
sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian
berikutnya.
5.
Pembelajaran
Matematika
Pembelajaran
merupakan proses yang di dalamnya terdapat dua kegiatan penting yang tidak
dapat dipisahkan, yakni mengajar dan belajar. Secara deskriptif, mengajar
diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan kepada peserta
didik. Sebenarnya arti dari mengajar tidak sebatas pada penyampaian informasi
saja. Seperti yang dikemukakan oleh Hamruni bahwa dalam proses pembelajaran,
kata “mengajar” tidak dimaknai sebatas proses penyampaian materi kepada peserta
didik, tapi kata mengajar dimaknai sebagai suatu aktivitas yang membuat peserta
didik belajar. Dengan kata lain, mengajar juga mengandung arti belajar peserta
didik.
Matematika
merupakan pengetahuan tentang penalaran logika, berhubungan dengan bilangan
yang di dalamnya terdapat beberapa kalkulasi dengan terorganisir secara
sistematik. Karakteristik dari matematika antara lain:
1)
Memiliki objek
kajian abstrak
2)
Bertumpu pada
kesepakatan
3)
Berpola pikir
deduktif.
4)
Memperhatikan
semesta pembicaraan.
5)
Konsisten dalam
sistemnya.[13]
Pembelajaran
matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika
dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang di dalamnya tekandung
upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa dalam mempelajari matematika tersebut.[14]
Jadi
pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menitik
beratkan pada matematika. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
bersikap kritis, dan kreatif, mampu berfikir logis dan sistematis serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Metode
Gallery Walk Learning
Gallery walk terdiri dari
dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah pameran.
Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya, atau gagasan
kepada khalayak ramai. Sedangkan Walk artinya berjalan atau melangkah.
Menurut Silberman (2006: 274). Gallery Walk (pameran berjalan) merupakan
suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama
ini. Berdasarkan uraian tersebut, gallery walk (pameran berjalan)
merupakan suatu metode pembelajaran yang mengakibatkan daya emosional siswa
untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat jika sesuatu
yang ditemukan itu dilihat secara langsung. Gallery walk (pameran
berjalan) juga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses belajar sebab bila
sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat
saling mengkoreksi antara siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri.
Dengan menggunakan gallery walk (pameran berjalan) dapat
mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti materi pelajaran diserap oleh
siswa secara tidak maksimal sehingga hasil belajar siswapun belum maksimal,
karena metode ini dapat mengefisienkan waktu pelajaran dan siswa dapat lebih
mudah memahami pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurangpahamannya dengan materi
tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi
kekurangannya itu.
Metode gallery walk (pameran berjalan) adalah metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar
maupun skema sesuai hal-hal yang ditemukan atas diu diperoleh pada saat diskusi
di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil
karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi
kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa
telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru
memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diteruskan dari pemahaman
siswa.
Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai.
Langkah-langkah metode gallery walk:
a.
Membagi
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggapan dua hingga empat orang.
b.
Memberikan
kertas karton/plano kepada setiap kelompok.
c.
Menentukan
topik atau tema pelajaran,
d.
Memerintahkan
tiap kelompok untuk mendiskusi apa yang didapatkan oleh para anggotanya dari
pelajaran yang mereka ikuti.
e.
Memerintahkan
mereka untuk membuat sebuah daftar pada kertas yang telah diberikan yang berisi
hasil pembelajaran dan memerintahkan juga untuk memberi judul atau menamai
daftar tersebut.
f.
Memerintahkan
setiap kelompok untuk menempel hasil kerjanya di dinding.
g.
Memerintahkan
mereka untuk berputar mengamati hasil kerja kelompok lain.
h.
Meminta
salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok
lain.
i.
Meminta
siswa bersama-sama untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
j.
Memberikan
klarifikasi dan penyimpulan.
Kelebihan metode gallery walk (pameran
berjalan):
a.
Siswa
terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar.
b.
Terjadi
sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran.
c.
Membiasakan
siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya.
d.
Mengaktifkan
fisik dan mental siswa selama proses belajar.
e.
Membiasakan
siswa memberi dan menerima kritik.
f.
Siswa
tidak terlalu menggantungkan para guru, akan tetapi dapat membantu menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
Kelemahan
metode gallery walk (pameran berjalan):
a.
Bila
anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa menggantungkan
kerja kawannya.
b.
Guru
perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif.
c.
Pengaturan
setting kelas yang lebih rumit.
d.
Dalam
upaya mengembangkan keasadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
e.
Jika
tanpa peer teaching yang aktif dari guru, maka bisa terjadi apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
7.
Uraian
Materi
a.
Pengertian Segitiga

Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut.
·
A atau
BAC atau
CAB



·
B atau
ABC atau
CBA



·
C atau
ACB atau
BCA.



Jadi, ada
tiga sudut yang terdapat pada
ABC.

![]() |
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Segitiga adalah
bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik
sudut. Segitiga biasanya dilambangkan dengan “
”.

Pada
gambar tersebut menunjukkan segitiga ABC.
·
Jika
alas = AB maka tinggi = CD (CD
AB)

·
Jika
alas = BC maka tinggi = AE (AE
BC)

·
Jika
alas = AC maka tinggi = BF (BF
AC)

Catatan: Simbol
dibaca: tegak
lurus

Jadi,
pada suatu segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas, dimana tinggi
tegak lurus alas.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alas segitiga merupakan salah satu sisi
dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan
sisi alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas.
b.
Jenis-Jenis Segitiga
Jenis-jenis suatu segitiga dapat
ditinjau berdasarkan:
1)
panjang sisi-sisinya

![]() |
![]() |
||
a)
Segitiga
sebarang
Segitiga sebarang adalah
segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang. Pada Gambar 1 di atas, AB
BC
AC.


b)
Segitiga
sama kaki
Segitiga
sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang. Pada
Gambar 2 di atas segitiga sama kaki ABC dengan AB = BC.
c)
Segitiga
sama sisi
Segitiga
sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga
buah sudut sama besar. Segitiga ABC pada Gambar 3 di atas merupakan segitiga
sama sisi. Dengan AB = BC = AC
2)
besar
sudut-sudutnya
Pada bab terdahulu jenis-jenis
sudut secara umum ada tiga jenis sudut, yaitu
· sudut lancip (
)

· sudut tumpul (
)

· sudut refleks (
).

Berkaitan
dengan hal tersebut, jika ditinjau dari besar sudutnya, ada tiga jenis segitiga
sebagai berikut:
a)
Segitiga
lancip
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan
sudut lancip, sehingga sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut
besarnya antara
dan
.


b)
Segitiga
tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan
sudut tumpul.
c)
Segitiga
siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan
sudut siku-siku (besarnya
).

3) panjang sisi dan besar sudutnya.
Ada dua
jenis segitiga jika ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya, yaitu:
a)
Segitiga
siku-siku sama kaki
Segitiga
siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah
satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (
).

b)
Segitiga
tumpul sama kaki
Segitiga
tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu
sudutnya merupakan sudut tumpul.
G.
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kajian teori di atas,
maka hipotesis penelitian ini adalah Pembelajaran dengan metode Gallery Walk
Learning mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada materi segitiga
siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus tahun pelajaran 2012/2013.
H.
Metode
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Penelitian tindakan kelas ini merupakan proses yang
memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan untuk dapat berpikir yang
reflektif, berdiskusi, dan tindakan dari orang biasa yang berpartisipasi dalam
penelitian untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi di dalam kelas.
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus
sebelumnya.
2.
Materi
yang akan Diteliti
Materi yang akan diteliti adalah materi bangun
datar tentang segitiga, pada SK: Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan
ukurannya. KD: Mengidentifikasi sifat-sifat bangun segitiga dan segiempat, menghitung
keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
3.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VII Mts NU Banat Kudus yang mendapatkan
pembelajaran bangun datar tentang segitiga.
4.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelas VII MTs NU Banat Kudus.
Waktu pelaksanaanya adalah pada semester genap tahun 2013.
5.
Populasi
dan Sampel Penelitian
a.
Populasi
Populasi
penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester genap MTs NU Banat Kudus
yang terdiri dari tujuh kelas.
b.
Sampel
Dalam
penelitian ini, cara pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan acak atau cluster
random sampling yaitu satu kelas dari tujuh kelas yang ada sebagai
eksperimen.
6.
Variabel
Penelitian
Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
b.
Variabel
Bebas
Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode gallery walk.
c.
Variabel
Terikat
Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keaktifan dan hasil belajar
matematika peserta didik pada materi bangun datar tentang segitiga.
7.
Kolabolator
Kolaborator dalam
penelitian ini adalah guru matematika kelas VII MTs NU Banat Kudus yaitu Ibu
Unaisaa, S.Pd.
8.
Teknik
Pengumpulan Data
a.
Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data nilai matematika
saat ujian akhir semester gasal. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui
normalitas dan homogenitas awal sampel.
b.
Metode
Tes
Metode tes
dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data nilai tes pada kelas sampel
yang sebelumnya telah diuji cobakan pada kelas uji coba. Data ini digunakan
untuk menjawab hipotesis penelitian. Di sini peneliti menggunakan tes pilihan
ganda.
c.
Metode
Pengamatan (Observasi)
Metode
pengamatan (observasi) adalah pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke
lapangan terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel). Metode pengamatan
(observasi) bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan. Selain itu metode pengamatan
(obersvasi) dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur perilaku kelas,
interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati
lainnya, terutama kecakapan sosial, sehingga diketahui untuk merekam kualitas
proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi.
d.
Metode
Wawancara
Metode
Wawancara (interview) yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Dalam penelitian kelas, wawancara dapat berlangsung dalam empat kondisi: ia
dapat dilaksanakan antara guru dan siswa, observer dan siswa, siswa dan siswa,
dan terkadang guru dan observer. Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk
mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar semua
informasi dapat diperoleh secara lengkap. Untuk memudahkan pelaksanaannya perlu
disediakan pedoman wawancara yang berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan.[15]
9.
Teknik
Analisia Data
a.
Analisis
Data awal
Analisis data
awal ini diambil dari data nilai ujian akhir semester gasal yang nantinya
digunakan untuk menguji normalitas, kelas eksperimen.
Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak.[16]
Menurut Sugiyono, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas. Salah satunya dengan chi kuadrat.
Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas:


Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat:
a)
Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan skor
terendah.
b)
Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c)
Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d)
Membuat tabulasi
data ke dalam simpangan baku.
e)
Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus: 

f)
Mengubah harga z menjadi luas daerah kurva normal dengan
menggunakan tabel.
g)
Menghitung frekuensi harapan dengan tabel.
h)
Menghitung nilai
chi-kuadrat dengan rumus: 

Keterangan:



i)
Membandingkan
harga chi-kuadrat dengan tabel chi-kuadrat untuk menentukan kriteria pengujian
digunakan derajat kebebasan (dk) = k – 3, dimana k adalah banyaknya kelas
interval dan taraf signifikan 5%[18]
j)
Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:




b. Analisis
Instrumen Tes
Instrumen tes
yang telah dibuat diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba ini dilakukan
pada peserta didik yang pernah mendapatkan materi tersebut. Dalam penelitian
ini, diujicobakan pada peserta didik kelas VIII dan kelas IX MTs NU Banat Kudus.
1)
Validitas Soal
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud. Teknik yang digunakan untuk mengetahui
validitas adalah teknik korelasi Pearson product moment dengan rumus:
![]() |
Keterangan:
n : Jumlah responden



Apabila
maka korelasi signifikan, artinya item soal
yang digunakan
sudah valid. Sebaliknya jika
maka soal tersebut tidak valid, sehingga soal
tersebut harus direvisi atau tidak digunakan.[19]


2)
Reliabilitas
Seperangkat
tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang
tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka
hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.[20]

Keterangan:



k : banyak item
soal
![]() |
Rumus varians item soal yaitu:
Keterangan:

Rumus varians total yaitu:

Dengan:


N : banyaknya responden
Selanjutnya
nilai r11 yang diperoleh
dikonsultasikan dengan harga
product moment pada tabel dengan
taraf signifikan 5% . Jika
>
maka item tes yang diujicobakan reliabel.



3) Daya
Pembeda
D =
= P
- P



Keterangan:
D : Daya Pembeda




P
:
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

P
:
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria:
0.00 – 0.20
jelek

0.20 – 0.40
cukup

0.40
– 0.70
baik

0.70
– 1.00
baik sekali

4) Tingkat
Kesukaran
P
= 

Keterangan:
P : Indeks
kesukaran


Kriteria:
0.00 – 0.30
Sukar

0.30 – 0.70
Sedang

0.70 – 1.00
Mudah

c. Analisis
Tahap Akhir
Sebelum diadakan
análisis terhadap hasil belajar yang telah diberikan setelah treatment,
sampel diuji normalitas terlebih dahulu. Hipotesis yang digunakan untuk uji
normalitas:


Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat seperti yang telah dijelaskan di atas.
Setelah
sampel diuji normalitas, hasil tes akhir ini diuji sebagai dasar dalam menguji
hipotesis penelitian apakah diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini
menggunakan rumus t-test pihak kiri dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho : m0 ≥ 70 (rata-rata hasil
tes evaluasi siswa pada materi segitiga yang diajar dengan metode gallery
walk lebih dari atau sama dengan KKM)
Ha : m0
<
70 (rata-rata hasil tes evaluasi siswa pada materi segitiga yang diajar dengan metode
gallery walk lebih dari atau sama dengan KKM)
Rumusan
hipotesis di atas pengujiannya dilakukan dengan uji pihak kiri, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut[21] :

Keterangan :





Kriteria pengujian :
Ho diterima jika thitung ≥ ttabel dengan dk = n – 1
dan Ho ditolak untuk harga t lainnya.
I.
Indikator
Pencapaian
Hasil belajar
peserta didik dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu memperoleh nilai
70 dan mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesal 80%.
J.
Sistematika
Pembahasan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 3
(tiga) bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir skripsi.
1.
Bagian Awal Skripsi terdiri dari halaman judul, abstrak,
halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi
dan daftar lampiran.
2.
Bagian Inti Skripsi terdiri dari 5 (lima) bab yaitu:
Bab I Pendahuluan yang berisi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis
Tindakan yang berisi tentang belajar, pembelajaran matematika, strategi
pembelajaran aktif, implementasi kombinasi metode inkuiri terbimbing dan silih
tanya, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
Bab III Metode Penelitian berisi
tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan berisi tentang hasil penelitian, pengujian hipotesis,
pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian
Bab V Penutup berisi tentang
simpulan dan saran-saran.
3.
Bagian Akhir Skripsi ini berisi daftar pustaka serta
lampiran-lampiran yang berupa instrumen penelitian.
[1] Marno dan M.
Idris, Strategi dan Metode Pengajaran (Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 150
[2] Ismail SM, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group,
2009), hlm. 2
[3] Syaiful
Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,
(Bandung: PT. Alfabeta, 2003), hlm. 17.
[4] Drs. H.
Mustaqim, M.Pd, Psikologi Pendidikan,
(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 40.
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 64-68.
[6]Gatot Muhsetyo
dkk., Pengembangan matematika SD,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.19
[7]Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm 29.
[8] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rodaskarya, 2008), hlm. 132.
[10] Chatarina Tri
Anni, Psikologi Belajar, (Semarang:
UPT. UNNES Press., 2004), hlm. 4.
[11] Catharina Tri
Anni, psikologi Belajar, hlm. 6.
[12] Dedi Siswoyo,
2013, http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-matematika-pengertian.html diakses pada tanggal 11 januari
2014 pukul 19:47.
[13]R. Soedjadi, Kiat
Pendidikan Mamtematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Nasional, 2000), hlm. 13.
[14]Amin Suyitno, Dasar-dasar
Proses Pembelajaran Matematika I, (Semarang: UNES, 2004), hlm.2.
[15] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis),... hlm. 258
[16] Duwi Priyatno,
Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS,
(Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm.36.
[17] Sudjana, Metode Statistika, hlm. 273.
[18] Sudjana, Metode Statistika, hlm. 278.
[19]Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 72.