Selasa, 01 April 2014

Contoh Proposal Skripsi Bidang Matematika



          PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
Judul     : UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR TENTANG SEGITIGA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK DI KELAS VII MTs NU BANAT KUDUS TAHUN AJARAN 2013/2014
Nama       :   Miftahul Jannah
NIM         :   123511051
Jurusan     :   Tadris Matematika

A.      Latar Balakang
Saat ini banyak guru yang cenderung menggunakan metode tradisional yaitu ceramah sehingga keaktifkan siswa kurang maksimal dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman siswa sehingga tujuan dan hasil yang dicapai masih belum sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Metode pembelajaran yang masih statis dan kaku, serta sikap mental pendidik yang kurang mendukung proses pembelajaran yang tidak progresif ini perlu adanya perubahan. Hal inilah yang terjadi di kelas VII MTs NU Banat Kudus. Oleh sebab itu, diperlukan adanya metode dan strategi pembelajaran baru untuk membuat peserta didik menjadi lebih fokus sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan daya ingatnya terhadap suatu materi.
Di MTs NU Banat Kudus ini, khususnya pada pembelajaran Matematika materi bangun datar tentang segitiga kelas VII masih cenderung pasif, artinya dalam pembelajaran tersebut hanya guru yang aktif menerangkan materi menggunakan metode ceramah sehingga terkesan monoton, sedangkan peserta didik hanya diam dan mendengarkan karena peserta didik beranggapan bahwa materi bangun datar tentang segitiga itu mudah dan sering didengar. Berdasarkan pengalaman, ketika kegiatan belajar berlangsung mereka cenderung ada yang berbicara sendiri dengan temannya, bahkan ada yang tidur. Hal ini menunjukan bahwa sedikit sekali perhatian dan keaktifan dari peserta didik ketika melakukan kegiatan pembelajaran yang nantinya akan berakibat buruk pada keberhasilan belajar peserta didik.
Siswa akan belajar secara aktif jika rancangan pembelajaran yang disusun guru menuntut siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreatifitas dan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.[1]
Mengingat dalam proses pembelajaran metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan pendidikan dan metode dipandang sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa lebih signifikan dibandingkan dengan materi itu sendiri, maka sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibandingkan materi.[2] Atas dasar masalah tersebut penulis berusaha mengadakan penelitian pembelajaran dengan mengunakan metode pembelajaran Gallery Walk untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di dalam kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR TENTANG SEGITIGA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK DI KELAS VII MTs NU BANAT KUDUS TAHUN AJARAN 2013/2014.




B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang perlu untuk dikaji yaitu :
Apakah melalui pendekatan metode Gallery Walk dapat membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika bagi siswa di MTs NU Banat Kudus kelas VII pada materi bangun datar tentang segitiga tahun pelajaran 2013/2014?

C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil matematika bagi siswa kelas VII di MTs NU Banat Kudus pada materi bangun datar tentang segitiga tahun pelajaran 2013/2014.

D.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1.         Bagi siswa,  dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar melalui partisipatif siswa dalam belajar  khususnya  penguasaan kompetensi  pada materi Matematika.
2.         Bagi guru, dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan keterampilan  mengelola proses belajar mengajar.
3.         Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan strategi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dalam upaya mencapai Standar Proses Pembelajaran.
4.         Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pendukung pemikiran tentang penelitian pendidikan untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran.

E.       Kajian Pustaka
1.         Nur Mujahadah (043811218) Jurusan Biologi IAIN Walisongo Semarang, 2009 dengan judul skripsi “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas XI MAN Kendal Materi Pokok Sistem Indra”. Dijelaskan bahwa pe mbelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dari pada pembelajaran dengan metode ceramah.
Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dan terbukti meningkatkan hasil belajar. Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada pendekatan pembelajarannya yang sesuai dengan teori pembelajaran ausuble. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan juga ada unsur diskusi dan permainannya juga.
2.         Dewi Aminaturrokhiyah (093511010) Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo Semarang, 2012 dengan judul skripsi “Efektivitas Kombinasi Metode Inkuiri Terbimbing Dan Silih Tanya Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Vii Smp Nu Pajomblangan Pada Materi Segitiga Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian tersebut telah dijelaskan bahwa pembelajaran dengan metode Gallery Walk membuat prestasi siswa meningkat.

F.       Kerangka Teoritik
1.         Belajar
a.         Pengertian Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian belajar yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Beberapa pengertian belajar antara lain
1)        Menurut Robert M. Gagne
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar terus menerus, bukan hanya disebabkan proses pertumbuhan saja.[3]
2)        Menurut Cronbach
Learning is how by change in behavior as result of experience” yang artinya belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3)        Menurut Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” yang artinya belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri tentang sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk.[4]
4)        Menurut Ahli Psikolog
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotorik.
Secara kuantitatif (ditinjau dari segi jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tujuan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses belajar. Ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif atau tinjauan mutu ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa, belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.[5]
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian aktivitas seperti membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
b.        Teori-Teori Belajar
1)        Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar-mengajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.[6]
Kebermaknaan dalam pembelajaran matematika bisa diperoleh dari pengalaman langsung peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
2)        Teori Piaget
Menurut Jean Piaget, pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.[7] Interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu lebih logis.
Jadi pembelajaran matematika menurut teori Piaget dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memusatkan perhatian pada berpikir/proses mental peserta didik, yang tidak sekedar hasilnya, mengutamakan peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran matematika dan memaklumi perbedaan individu dalam perkembangannya.
c.         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pretasi Belajar
Dari sekian banyak faktor yang memepengaruhi hasil belajar menurut Muhibbin Syah, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:[8]
1)        Faktor Internal
Faktor-faktor di dalam individu meliputi; kematangan, usia, kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi.
2)        Faktor Eksternal
Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalam faktor eksternal antara lain; panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan eksternal
3)        Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning)
Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar.
Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa pemilihan model pembelajaran yang sesuai memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Salah satunya kombinasi metode inkuiri terbimbing dan silih tanya yang menuntut peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
2.         Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang berarti giat melakukan sesuatu, baik dalam bekerja maupun berusaha. Aktif juga berarti mampu beraksi dan bereaksi. Jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka aktif dapat berarti suatu sikap tanggap terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya, memberi respon yang dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan terhadap materi yang sedang diajarkan.
Unsur aktifitas untuk memacu keaktifan siswa di kelas dapat diciptakan dengan memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan respon terhadap materi ajar dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengadakan inisiatifnya untuk mengungkapkan ide mereka. Dengan memberikan kebebasan berpendapat kepada siswa, maka mereka akan merasa senang dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman mereka terhadap suatu pelajaran.
Selain itu cara lain untuk mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya.[9]
3.         Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.[10] Setiap keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai. Akibat dari belajar dapat diketahui dengan memperhatikan hasil belajar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran dalam mencapai tujuan pengajaran dapat diwujudkan dengan nilai.
Benyamin S. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:[11]
1)        Ranah kognitif (cognitive domain) yang mencakup ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2)        Ranah afektif (affective domain) yang mencakup penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.
3)        Ranah psikomotorik (psychomotoric domain) yang mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan biasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
4.         Pengertian Matematika
Matematika bukan merupakan suatu hal yang asing yang terdengar di telinga kita, setiap saat pasti kita dihadapkan dengan yang namanya matematika. Matematika merupakan ratunya ilmu, semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitungan. Matematika berasal dari bahasa latin "mathematika" yang mulanya diambil dari bahasa yunani "mathematike" yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.
Pengertian matematika menurut para ahli:[12]
1)        James and James (1976). Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
2)        Johnson dan Rising (1972). Matematika adalah pola fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
3)        Reys, dkk (1984). Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola fikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
4)        Ruseffendi E. T (1988:23). Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil yang telah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
5)        Kline (1973). Matematika itu bukan ilmu pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan ekonomi, sosial dan alam.
6)        Paling (1982) dalam Abdurrahman (1999:252). Mengemukakan ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali dan bagi; tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti aljabar, geometri dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis.
Meskipun terdapat perbedaan dalam konteks redaksi, namun secara substansi, ketiga pendapat di atas bermuara pada satu pengertian tentang matematika yakni bahasa simbol yang terdefinisikan secara sistematik, antara satu konsep dengan konsep yang lain saling berkaitan dan pembuktian matematika dibangun dengan penalaran deduktif, tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya.
5.         Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan proses yang di dalamnya terdapat dua kegiatan penting yang tidak dapat dipisahkan, yakni mengajar dan belajar. Secara deskriptif, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan kepada peserta didik. Sebenarnya arti dari mengajar tidak sebatas pada penyampaian informasi saja. Seperti yang dikemukakan oleh Hamruni bahwa dalam proses pembelajaran, kata “mengajar” tidak dimaknai sebatas proses penyampaian materi kepada peserta didik, tapi kata mengajar dimaknai sebagai suatu aktivitas yang membuat peserta didik belajar. Dengan kata lain, mengajar juga mengandung arti belajar peserta didik.
Matematika merupakan pengetahuan tentang penalaran logika, berhubungan dengan bilangan yang di dalamnya terdapat beberapa kalkulasi dengan terorganisir secara sistematik. Karakteristik dari matematika antara lain:
1)        Memiliki objek kajian abstrak
2)        Bertumpu pada kesepakatan
3)        Berpola pikir deduktif.
4)        Memperhatikan semesta pembicaraan.
5)        Konsisten dalam sistemnya.[13]
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang di dalamnya tekandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut.[14]
Jadi pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menitik beratkan pada matematika. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu bersikap kritis, dan kreatif, mampu berfikir logis dan sistematis serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6.         Metode Gallery Walk Learning
Gallery walk terdiri dari dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya, atau gagasan kepada khalayak ramai. Sedangkan Walk artinya berjalan atau melangkah. Menurut Silberman (2006: 274). Gallery Walk (pameran berjalan) merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini. Berdasarkan uraian tersebut, gallery walk (pameran berjalan) merupakan suatu metode pembelajaran yang mengakibatkan daya emosional siswa untuk menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat jika sesuatu yang ditemukan itu dilihat secara langsung. Gallery walk (pameran berjalan) juga dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses belajar sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara satu dengan yang lainnya maka dapat saling mengkoreksi antara siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri.
Dengan menggunakan gallery walk (pameran berjalan) dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti materi pelajaran diserap oleh siswa secara tidak maksimal sehingga hasil belajar siswapun belum maksimal, karena metode ini dapat mengefisienkan waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat suatu karya dan melihat langsung kekurangpahamannya dengan materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi kekurangannya itu.
Metode gallery walk (pameran berjalan) adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal yang ditemukan atas diu diperoleh pada saat diskusi di setiap kelompok untuk dipajang di depan kelas. Setiap kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diteruskan dari pemahaman siswa.
Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai.
Langkah-langkah metode gallery walk:
a.    Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggapan dua hingga empat orang.
b.    Memberikan kertas karton/plano kepada setiap kelompok.
c.    Menentukan topik atau tema pelajaran,
d.   Memerintahkan tiap kelompok untuk mendiskusi apa yang didapatkan oleh para anggotanya dari pelajaran yang mereka ikuti.
e.    Memerintahkan mereka untuk membuat sebuah daftar pada kertas yang telah diberikan yang berisi hasil pembelajaran dan memerintahkan juga untuk memberi judul atau menamai daftar tersebut.
f.     Memerintahkan setiap kelompok untuk menempel hasil kerjanya di dinding.
g.    Memerintahkan mereka untuk berputar mengamati hasil kerja kelompok lain.
h.    Meminta salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok lain.
i.      Meminta siswa bersama-sama untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lain.
j.      Memberikan klarifikasi dan penyimpulan.
Kelebihan metode gallery walk (pameran berjalan):
a.    Siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan masalah dalam belajar.
b.    Terjadi sinergi saling menguatkan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran.
c.    Membiasakan siswa bersikap menghargai dan mengapresiasi hasil belajar kawannya.
d.   Mengaktifkan fisik dan mental siswa selama proses belajar.
e.    Membiasakan siswa memberi dan menerima kritik.
f.     Siswa tidak terlalu menggantungkan para guru, akan tetapi dapat membantu menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
Kelemahan metode gallery walk (pameran berjalan):
a.    Bila anggota kelompok terlalu banyak akan terjadi sebagian siswa menggantungkan kerja kawannya.
b.    Guru perlu ekstra cermat dalam memantau dan menilai keaktifan individu dan kolektif.
c.    Pengaturan setting kelas yang lebih rumit.
d.   Dalam upaya mengembangkan keasadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
e.    Jika tanpa peer teaching yang aktif dari guru, maka bisa terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
7.         Uraian Materi
a.    Pengertian Segitiga
Perhatikan sisi-sisinya, ada berapa sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC? Sisi-sisi yang membentuk segitiga ABC berturut-turut adalah AB, BC, dan AC.
Sudut-sudut yang terdapat pada segitiga ABC sebagai berikut.
·         A atau BAC atau CAB
·         B atau ABC atau CBA
·         C atau ACB atau BCA.
Jadi, ada tiga sudut yang terdapat pada ABC.



Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut. Segitiga biasanya dilambangkan dengan “”.
Pada gambar tersebut menunjukkan segitiga ABC.
·         Jika alas = AB maka tinggi = CD (CDAB)
·         Jika alas = BC maka tinggi = AE (AEBC)
·         Jika alas = AC maka tinggi = BF (BFAC)
Catatan: Simbol  dibaca: tegak lurus
Jadi, pada suatu segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas, dimana tinggi tegak lurus alas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alas segitiga merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah garis yang tegak lurus dengan sisi alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas.
b.        Jenis-Jenis Segitiga
Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan:
1)      panjang sisi-sisinya







 






a)         Segitiga sebarang
Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang. Pada Gambar 1 di atas, ABBC AC.
b)        Segitiga sama kaki
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang. Pada Gambar 2 di atas segitiga sama kaki ABC dengan AB = BC.
c)         Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga buah sudut sama besar. Segitiga ABC pada Gambar 3 di atas merupakan segitiga sama sisi. Dengan AB = BC = AC
2)      besar sudut-sudutnya
Pada bab terdahulu jenis-jenis sudut secara umum ada tiga jenis sudut, yaitu
·      sudut lancip ()
·      sudut tumpul ()
·      sudut refleks ().
Berkaitan dengan hal tersebut, jika ditinjau dari besar sudutnya, ada tiga jenis segitiga sebagai berikut:
a)         Segitiga lancip
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip, sehingga sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut besarnya antara  dan .
b)        Segitiga tumpul
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.
c)         Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (besarnya ).
3)      panjang sisi dan besar sudutnya.
Ada dua jenis segitiga jika ditinjau dari panjang sisi dan besar sudutnya, yaitu:
a)         Segitiga siku-siku sama kaki
Segitiga siku-siku sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku ().
b)        Segitiga tumpul sama kaki
Segitiga tumpul sama kaki adalah segitiga yang kedua sisinya sama panjang dan salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul.

G.      Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kajian teori di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah Pembelajaran dengan metode Gallery Walk Learning mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada materi segitiga siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus tahun pelajaran 2012/2013.

H.      Metode Penelitian
1.         Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini merupakan proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan untuk dapat berpikir yang reflektif, berdiskusi, dan tindakan dari orang biasa yang berpartisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi di dalam kelas.
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya.
2.         Materi yang akan Diteliti
Materi yang akan diteliti adalah materi bangun datar tentang segitiga, pada SK: Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya. KD: Mengidentifikasi sifat-sifat bangun segitiga dan segiempat, menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya  dalam pemecahan masalah.
3.         Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Mts NU Banat Kudus yang mendapatkan pembelajaran bangun datar tentang segitiga.
4.         Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelas VII MTs NU Banat Kudus. Waktu pelaksanaanya adalah pada semester genap tahun 2013.
5.         Populasi dan Sampel Penelitian
a.         Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester genap MTs NU Banat Kudus yang terdiri dari tujuh kelas.
b.        Sampel
Dalam penelitian ini, cara pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan acak atau cluster random sampling yaitu satu kelas dari tujuh kelas yang ada sebagai eksperimen.
6.         Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
b.        Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode gallery walk.
c.         Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik pada materi bangun datar tentang segitiga.
7.         Kolabolator
Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas VII MTs NU Banat Kudus yaitu Ibu Unaisaa, S.Pd.
8.         Teknik Pengumpulan Data
a.       Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data nilai matematika saat ujian akhir semester gasal. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas awal sampel.
b.      Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data nilai tes pada kelas sampel yang sebelumnya telah diuji cobakan pada kelas uji coba. Data ini digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Di sini peneliti menggunakan tes pilihan ganda.
c.       Metode Pengamatan (Observasi)
Metode pengamatan (observasi) adalah pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel). Metode pengamatan (observasi) bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan. Selain itu metode pengamatan (obersvasi) dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial, sehingga diketahui untuk merekam kualitas proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi.
d.      Metode Wawancara
Metode Wawancara (interview) yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam penelitian kelas, wawancara dapat berlangsung dalam empat kondisi: ia dapat dilaksanakan antara guru dan siswa, observer dan siswa, siswa dan siswa, dan terkadang guru dan observer. Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Wawancara hendaknya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Untuk memudahkan pelaksanaannya perlu disediakan pedoman wawancara yang berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan.[15]
9.         Teknik Analisia Data
a.       Analisis Data awal
Analisis data awal ini diambil dari data nilai ujian akhir semester gasal yang nantinya digunakan untuk menguji normalitas, kelas eksperimen.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak.[16] Menurut Sugiyono, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas. Salah satunya dengan chi kuadrat.
Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas:
Data berdistribusi normal
 Data berdistribusi tidak normal
Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat:
a)        Menyusun data dan mencari skor tertinggi dan skor terendah.
b)        Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c)        Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d)       Membuat tabulasi data ke dalam simpangan baku.
e)        Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:
f)         Mengubah harga z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.
g)        Menghitung frekuensi harapan dengan tabel.
h)        Menghitung nilai chi-kuadrat dengan rumus:
Keterangan:
  : Harga chi-kuadrat
   : Frekuensi hasil pengamatan
   : Frekuensi yang diharapkan
k      : Banyaknya kelas interval[17]
i)          Membandingkan harga chi-kuadrat dengan tabel chi-kuadrat untuk menentukan kriteria pengujian digunakan derajat kebebasan (dk) = k – 3, dimana k adalah banyaknya kelas interval dan taraf signifikan 5%[18]
j)          Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:
 : ditolak jika
 : diterima jika
b.      Analisis Instrumen Tes
Instrumen tes yang telah dibuat diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba ini dilakukan pada peserta didik yang pernah mendapatkan materi tersebut. Dalam penelitian ini, diujicobakan pada peserta didik kelas VIII dan kelas IX MTs NU Banat Kudus.
1)        Validitas Soal
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas adalah teknik korelasi Pearson product moment dengan rumus:



 
Keterangan:
n                : Jumlah responden
: Jumlah skor tiap item
: Jumlah skor total
: Jumlah skor perkalian x  dan y
Apabila  maka korelasi signifikan, artinya item soal yang digunakan sudah valid. Sebaliknya jika  maka soal tersebut tidak valid, sehingga soal tersebut harus direvisi atau tidak digunakan.[19]
2)        Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.[20]
Keterangan:
          : Reliabilitas instrumen
   : jumlah varians skor tiap-tiap item
        : varians total
k             : banyak item soal



Rumus varians item soal yaitu:      

Keterangan:
   :  Banyaknya responden
Rumus varians total yaitu:
Dengan:
: Jumlah skor item
: Jumlah kuadrat skor item
N        : banyaknya responden
Selanjutnya nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga  product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika > maka item tes yang diujicobakan reliabel.
3)      Daya Pembeda
D =       = P- P       
Keterangan:
D    : Daya Pembeda
   : Banyaknya peserta kelompok atas
   : Banyaknya peserta kelompok bawah           
  : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu  dengan benar
  : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P   : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P  : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria:
0.00 – 0.20  jelek
0.20 – 0.40  cukup
0.40 – 0.70  baik
0.70 – 1.00  baik sekali
4)      Tingkat Kesukaran
P =
Keterangan:
P   : Indeks kesukaran
 : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
: Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Kriteria:
0.00 – 0.30  Sukar
0.30 – 0.70  Sedang
0.70 – 1.00  Mudah
c.       Analisis Tahap Akhir
Sebelum diadakan análisis terhadap hasil belajar yang telah diberikan setelah treatment, sampel diuji normalitas terlebih dahulu. Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas:
Data berdistribusi normal
 Data berdistribusi tidak normal
Langkah-langkah uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat seperti yang telah dijelaskan di atas.
Setelah sampel diuji normalitas, hasil tes akhir ini diuji sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian apakah diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan rumus t-test pihak kiri dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho : m0  ≥ 70 (rata-rata hasil tes evaluasi siswa pada materi segitiga yang diajar dengan metode gallery walk lebih dari atau sama dengan KKM)
Ha : m0 < 70 (rata-rata hasil tes evaluasi siswa pada materi segitiga yang diajar dengan metode gallery walk lebih dari atau sama dengan KKM)
Rumusan hipotesis di atas pengujiannya dilakukan dengan uji pihak kiri, dengan menggunakan rumus sebagai berikut[21] :
Keterangan :
= Nilai t  yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
= Rata-rata x1
= Nilai yang dihipotesiskan
= Simpangan baku
= Jumlah anggota sampel
Kriteria pengujian :
Ho diterima jika thitung  ≥ ttabel dengan dk = n – 1 dan Ho ditolak untuk harga t lainnya.
I.         Indikator Pencapaian
Hasil belajar peserta didik dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu memperoleh nilai 70 dan mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesal 80%.

J.        Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir skripsi.
1.    Bagian Awal Skripsi terdiri dari halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
2.    Bagian Inti Skripsi terdiri dari 5 (lima) bab yaitu:
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan yang berisi tentang belajar, pembelajaran matematika, strategi pembelajaran aktif, implementasi kombinasi metode inkuiri terbimbing dan silih tanya, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
Bab III Metode Penelitian berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang hasil penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian
Bab V Penutup berisi tentang simpulan dan saran-saran.
3.    Bagian Akhir Skripsi ini berisi daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang berupa instrumen penelitian.


[1] Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran (Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 150
[2] Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2009), hlm. 2
[3] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: PT. Alfabeta, 2003), hlm. 17.
[4] Drs. H. Mustaqim, M.Pd, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 40.
[5]  Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 64-68.
[6]Gatot Muhsetyo dkk., Pengembangan matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.19
[7]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 29.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rodaskarya, 2008), hlm. 132.
         [9] Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran (Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif)...,hlm. 150
[10] Chatarina Tri Anni, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT. UNNES Press., 2004), hlm. 4.
[11] Catharina Tri Anni, psikologi Belajar, hlm. 6.
[12] Dedi Siswoyo, 2013, http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-matematika-pengertian.html diakses pada tanggal 11 januari 2014  pukul 19:47.
[13]R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Mamtematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional, 2000), hlm. 13.
[14]Amin Suyitno, Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika I, (Semarang: UNES, 2004), hlm.2.
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis),... hlm. 258
[16] Duwi Priyatno, Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), hlm.36.
[17] Sudjana, Metode Statistika, hlm. 273.    
[18] Sudjana, Metode Statistika, hlm. 278.
[19]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 72.
[20]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek,  hlm. 196.
[21] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, hlm. 96.